Sisingaan FPIPS Tampil Megah di Chingay Festival Singapura

Arena balap Formula 1 di Singapura tiba-tiba menjadi rawa yang ditumbuhi gulma dan ganggang aneka warna di akhir pekan, awal Februari 2012. Aspal keras terbaik yang biasa digunakan para pembalap internasional ini sama sekali tak terlihat lagi. Yang ada adalah genangan air sepanjang 360 meter di bawah tribun penonton. Sulit diduga, di sinilah dilaksanakan Festival Chingay 2012, parade budaya tahunan bangsa-bangsa di Asia sebagai bagian dari perayaan Tahun Baru Imlek.

Warna-warni bernuansa Cina sangat dominan menghiasi festival yang diikuti berbagai perguruan tinggi dari 12 negara-negara di Asia. Dimulai dari arak-arakan menggiring naga raksasa merah, festival yang mampu menyedot 150.000 orang ini dimulai pukul 20.00 waktu Singapura, Jumat (3/2/2012). Segera, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong melintas, menaiki kapal naga sebagai pertanda dibukanya festival.

Maka mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Singapura  segera turun ke “rawa” menari balet disinari ratusan obor yang dibawa mahasiswa yang lain. Lemah gemulai penari yang dihiasi obor dengan aroma dupa membawa suasana magis Festival Chingay. Singapura tampaknya mengerahkan semua mahasiswanya di festival ini, dari mulai pengelolaan manajemennya sampai menjadi para penarinya.

Penampilan mahasiswa Singapura mendominasi tema Imlek berupa naga dan air. Penampilan mahasiswa Singapura disusul kemudian mahasiswa dari berbagai negara, Taiwan, Jepang, Republik Rakyat Cina, dan berbagai negara lainnya. Setiap negara menampilkan seni tradisi masing-masing, namun tetap bertema naga dan air.

Di tengah ingar bingar musik tetabuhan bernuansa internasional dan di tengah taburan jutaan cahaya tiba-tiba terdengar musik etnik yang sangat khas, terompet. Sebagai orang Sunda, imajinasi segera lari ke sebuah wilayah di sebelah utara Bandung Subang. Suara ini akrab terdengar saat anak tengah sunatan.

Ternyata benar, tiba-tiba menyeruak puluhan mahasiswa Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia (FPIPS UPI) di tengah rawa yang sudah “memanas”. Sejumlah singa muncul di tengah arena festival diusung empat orang tampak begitu megah. Inilah kesenian Sisingaan yang menjadi kebanggan UPI dalam Festival Chingay 2012.

Tak tanggung-tanggung Duta RI untuk Singapura Andri Hadi, S.H., L.L.M. bersama istri turut turun ke rawa menyemangati duta budaya dari Indonesia ini. Rombongan Rektor UPI Prof. Dr. Sunaryo Kartadinata, M.Pd. menyambut salam dari Dubes bersama peserta parade. Sekitar ratusan ribu penonton festival pun meyambut hangat penampilan mahasiswa FPIPS ini.

Selain dihadiri Rektor UPI, turut hadir antara lain Pembantu Rektor Bidang Keuangan, Sumber Daya, dan Usaha Prof. Dr. Idrus Affandi; Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kemitraan Prof. Dr. Dadang Sunendar, M.Hum; Pembantu Rektor Bidang Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Prof. Dr. E. Aminudin Aziz; Direktur Sekolah Pascasarjana UPI Prof. Dr. Didi Suryadi; Asisten Direktur SPs UPI Prof. Dr. Agus Rahayu; Dekan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si.; Kepala Office International Education Relation (OIER) Sri Harto, M.Pd.; Kepala Humas UPI Dr. Suwatno, M.Si.; dan sejumlah dosen pembimbing dari Jurusan Kepariwisataan FPIPS UPI.

Rektor UPI Prof. Sunaryo Kartadinata mengungkapkan, partisipasi mahasiswa UPI di kancah internasional ini sangat strategis untuk meniti masa depan kampus sebagai world class university in education. Apalagi bagi mahasiswa Jurusan Pariwisata, even internasional seperti ini memberikan pengalaman yang luar biasa untuk masa depan pekerjaan mereka. Sebagai negara anggota ASEAN, Indonesia dan Singapura memiliki hubungan bilateral yang positif. Hubungan ini menunjukkan perkembangan yang positif dan konstruktif, sehingga mendorong pengembangan sektor kerja sama baru yang saling menguntungkan.

Keberadaan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Singapura dengan berbagai upaya kerja sama yang dilakukan semakin meningkatkan citra Indonesia di Singapura.

“Kami memberikan apresiasi yang positif terhadap kebijakan KBRI Singapura dalam memperbaiki citra Indonesia dengan melibatkan masyarakat dan pelajar Indonesia di Singapura untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan. Keterlibatan mahasiswa dan pemuda ataupun kelompok masyarakat lainnya dalam upaya mempromosikan Indonesia telah banyak dilakukan secara rutin pada berbagai kesempatan,” kata Prof. Sunaryo.

Dekan FPIPS Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si. mengungkapkan, KBRI di Singapura telah menerima undangan untuk berpartisipasi dalam Chingay Parade Singapore 2012, yang dilaksanakan 1-4 Februari 2012. Chingay Parade merupakan festival nasional Singapura yang diselenggarakan rutin setiap tahun sejak tahun 1973. Chingay Parade yang dalam bahasa Indonesia berarti parade seni topeng (“The art of masquerade”), saat ini menjadi “street parade” terbesar di Asia, yang menampilkan kemegahan, kolaborasi multietnik dan penggabungan budaya kosmopolitan Singapura serta melibatkan ribuan partisipan yang berasal dari berbagai organisasi, komunitas lokal dan internasional.

“Chingay Festival bahkan merambah sektor swasta di Singapura. Pada tahun 2011 lalu, kegiatan ini mampu menarik 150.000 pengunjung yang menyaksikan secara langsung dan disaksikan oleh hingga satu miliar pemirsa melalui berbagai media,” ujar Prof. Karim.

Melalui KBRI di Singapura, kata Prof. Karim, panitia penyelenggara Chingay Parade mengundang Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, khususnya kepada ketiga Program Studi Kepariwisataan yaitu Manajemen Resort & Leisure (MRL), Manajemen Pemasaran Pariwisata (MPP) dan Manajemen Industri Katering (MIK), untuk berpartisipasi mewakili Indonesia dalam menampilkan kesenian di acara parade tersebut.

“Konsep pagelaran keseniannya disesuaikan dengan konsep yang ditentukan oleh penyelenggara. Kita menurunkan 40 peserta dari perwakilan mahasiswa dan 10 official yang terdiri atas dosen pembimbing dan pelatih, sesuai dengan permintaan panitia,” ujar Prof. Karim.

Kesempatan ini, selain merupakan peluang untuk meningkatkan hubungan baik antara Indonesia dan Singapura, kata dia, juga sebagai media untuk memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia khususnya budaya daerah Jawa Barat sebagai salah satu aset pariwisata Indonesia. Di samping itu, selain sebagai media promosi pariwisata Indonesia, kegiatan ini juga bermanfaat secara akademis dan memperkaya pengalaman para mahasiswa yang terlibat, di mana mereka berkesempatan memiliki pengalaman berharga untuk tampil di ajang berlevel internasional.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.