ROEMAH KAJOE VILLA & RESTO DUKUNG 30 IKTI SEBAGAI PLATFORM PENGEMBANGAN KULINER TRADISIONAL INDONESIA.

Peresmian Roemah Kajoe Resto & Villa pada Sabtu (22/3/2014) dilakukan oleh Kementrian Pariwisata Ekonomi dan Ekonomi Kreatif yang diwakili oleh Agustien Muliawati Kasubdit Pengembangan Wisata Kuliner dan Belanja.  Kegiatan yang dilaksanakan di Komp. ELDORADO Kav.D No.8 Jl.Dr.Setiabudhi 438 Bandung dengan no kontak (022) 200 1535 dan (022) 95 6464 11, telah berlangsung dengan semarak oleh kehadiran para stakeholder kuliner di Indonesia umumnya dan khususnya Jawa Barat.

Menurut Agustien Indonesia dianugrahi dengan beragam kekayaan kuliner tradisional yang diturunkan dari generasi ke generasi oleh nenek moyang kita, membentang dari Sabang sampai Merauke.  Sehingga sebagai bangsa yang besar kita patut bangga karena hal itu menunjukkan betapa kita kaya akan budaya dan keragaman kuliner tradisional Indonesia. Realitasnya sedikit ironis bila melihat kenyataan akan kuliner tradisional Indonesia dewasa ini.  Dimana anak-anak, bahkan cucu kita lebih mengenal kuliner dari negara-negara lain dibandingkan kuliner tradisional bangsa sendiri.  Fenomena masuknya gerai-gerai makanan asing membuat kuliner tradisional Indonesia sedikit demi sedikiut terpinggirkan, bahkan terkikis dari benak pikiran anak cucu kita.

Namun begitu, menurutnya terdapat satu hal yang patut dibanggakan adalah ketika CNN.Go menobatkan 50 makanan terlezat di dunia.  Tiga diantaranya merupakan makanan tradisional Indonesia yaitu Rendang, Sate dan Nasi Goreng. Rupanya hal ini yang mendorong kemenparekraf untuk merekonstruksi kuliner tradisional Indonesia melalui 30 Ikon Kuliner Tradisional Indonesia (IKTI) yang telah dilaunching pada tanggal 14 Desember 2012.  Pada dasarnya 30 IKTI merupakan platform awal pengembangan kuliner tradisional Indonesia.  Ia berharap dengan adanya 30 IKTI pemerintah daerah menindaklanjuti dengan menetapkan ikon-ikon kuliner daerahnya masing-masing.  Dengan ,elakukan hal tersebut maka akan mendokumentasikan kuliner daerahnya dan menyingkap sejarah asal muasal kuliner tradisional di masing-masing propinsi.

Ia mengingatkan bahwa sebagai anak bangsa patut menjadi ujung tombak sekaligus mata rantai pengembangan kuliner tradisional Indonesia. Maka sudah menjadi kewajiban bagi kitasemua untuk menjadikan kuliner tradisional ini menjadi tuan rumah di negeri sendiri.  Tentunya hal ini membutuhkan kerjasama yang baik, dan komitmen yang kuat dari berbagai pihak seperti industri, institusi pendidikan, pemerintah, asosiasi dan masyarakat tentunya akan memperkuat dan mempermudah jalan bagi pengembangannya. Beberapa waktu yang lalu pun teman  kami akademisi dari Program Studi Manajemen Industri Katering Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di Kota Bandung telah menyosialisasikan menu unggulan yang patut ditetapkan sebagai Ikon Kuliner Tradisional Jawa Barat.

Kemudian pada hari ini teman kami dari sektor  industri meresmikan “Roemah Kajoe Resto & Villa”, yang menyediakan berbagai makanan tradisional Indonesia dari berbagai daerah khususnya dari Jawa Barat.  Selain itu restoran ini pun mengusung menu-menu yang terdapat dalam 30 IKTI. Tentunya kedepannya diharapkan restoran yang membawa tema makanan tradisional Indonesia terus muncul dan tumbuh berkembang baik dalam negeri sendiri, maupun di mancanegara.

“Oleh karenanya kami dari kemenparekraf mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada teman-teman semua yang telah membantu dan mendukung upaya kemenparekraf dalam mengembangkan kuliner tradisional Indonesia.  Tumbuhnya rasa cinta masyarakat kepada kuliner tradisional tentunya memiliki satu tujuan besar untuk menyejajarkan dan menduniakan kuliner tradisional Indonesia bukan menjadi suatu hal yang mustahil. Selamat dan sukses atas dibukanya  “Roemah Kajoe Resto & Villa”.  Semoga dapat menjadi inspirasi bagi teman-teman laiinya dan maju terus kuliner tradisional Indonesia. Salam Kuliner! Adalah paparan pamungkas Agustien. (Teks : Dewi Turgarini, Foto: Ilham Fajri).

Sumber : http://www.roemahkajoe.com/roemah-kajoevilla-resto-dukung-30-ikti-sebagai-platform-awal-pengembangan-kuliner-tradisional-indonesia/

 

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.